MENCEGAH DEPRESI POSTPARTUM DENGAN DUKUNGAN KELUARGA
Peringatan Hari Kesehatan Sedunia yang diperingati pada tahun 2017 ini mengambil tema khusus yaitu depresi (depressive disorder/clinical depression) suatu penyakit psikis yang ditandai dengan rasa sedih dan putus asa yang dialami di waktu-waktu tertentu, yang merupakan reaksi normal dalam menghadapi masalah, namun perasaaan ini akan menjadi sangat berbahaya pada tingkat akut jika berlangsung selama beberapa hari bahkan bermingu-minggu dan dianggap sebagai suatu masalah serius yang harus ditangani dengan lebih serius. Salah satu kalangan yang sering mengalami depresi adalah wanita yang baru saja melahirkan atau yang biasa disebut dengan depresi postpartum.
Depresi postpartum merupakan suatu masalah
serius yang dapat dialami wanita setelah melahirkan. Selain menimbulkan
akibat-akibat yang merugikan (adverse
effects) yang langsung dirasakan oleh wanita yang mengalaminya, depresi
postpartum dapat menimbulkan efek buruk jangka panjang yang tidak hanya
merugikan wanita penderita, tapi juga bagi seluruh anggota keluarganya.
Faktor resiko terjadinya depresi post partum diantaranya
adalah kurangnya dukungan sosial dan dukungan keluarga serta teman, kekhawatiran
akan bayi yang sebetulnya sehat, kesulitan selama persalinan dan melahirkan, merasa
terasing dan tidak mampu, masalah/perselisihan perkawinan atau keuangan, kehamilan
yang tidak diinginkan.
Menurut penulis terdapat beberapa pencegahan yang
dapat dilakukan untuk mengurangi faktor resiko terjadinya gangguan psikologis pada ibu
hamil dan ibu pasca persalinan (postpartum).
Pertama, pemberian dukungan
dari suami, keluarga, lingkungan, maupun professional seperti dokter kandungan
atau bidan selama kehamilan, persalinan dan pasca persalinan dapat mencegah
depresi dan mempercepat proses penyembuhan. Dukungan tersebut akan
memberikan keyakinan kepada ibu untuk menjalani peran barunya. Ibu akan merasa
lebih percaya diri dan merasa diperhatikan sehingga ibu akan lebih bahagia
dengan persalinannya.
Kedua, mencari
tahu tentang gangguan psikologis yang mungkin terjadi pada ibu hamil dan ibu yang
baru saja melahirkan sehingga jika terjadi gejala dapat dikenali. Suami dan
keluarga juga harus mengetahui tanda gejala gangguan tersebut sehingga dapat
segera bertindak apabila terjadi kegawatdaruratan.
Ketiga, konsumsi
makanan sehat,istirahat cukup, dan melakukan olahraga minimal 15 menit perhari.
Olahraga ringan seperti berjalan kaki di pagi hari bersama suami juga dapat
menjaga suasana hati tetap baik. Selain itu suami juga berperan sebagai
pengingat ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisina dengan tetap mengonsumsi
makanan bergizi seimbang.
Keempat, mencegah
pengambilan keputusan yang berat selama kehamilan. Hal tersebut mencegah ibu
mengalami stress sehingga dapat
menimbulkan dampak psikologis yang berkepanjangan. Selain itu suami dan
keluarga juga harus turut berperan dalam setiap pengambilan keputusan ibu,
serta menjadi partner sharing ibu
ketika terjadi suatu masalah.
Kelima, mempersiapkan diri
secara mental dengan membaca buku atau artikel tentang kehamilan dan persalinan,serta
mendengarkan pengalaman wanita lain yang pernah melahirkan dapat membantu
mengurangi ketakutan. Primigravida
atau ibu yang baru pertama kali hamil sering mengalami kecemasan akan
perubahan-perubahan yang terjadi kepada dirinya selama kehamilan dan bahkan
setelah melahirkan. Oleh karena itu dengan membaca pengetahuan tentang
kehamilan maupun persalinan serta mendengarkan pengalaman wanita lain akan
membuat ibu mendapatkan gambaran serta membuat ibu menjadi lebih siap
menghadapi peran barunya sebagai ibu.
Keenam, menyiapkan seseorang
untuk membantu keperluan sehari-hari (memasaka,membersihkan rumah,belanja,dll).
Hal ini bisa dikerjakan oleh asisten rumah tangga maupun dengan meminta bantuan
dari anggota keluarga lainnya. Dukungan tersebut akan membuat pekerjaan ibu
menjadi lebih ringan dan ibu dapat fokus menjalani tugas barunya dalam mengurus
anaknya.
Melalui dukungan
keluarga tersebut diharapkan seorang ibu dapat menjadi lebih siap dalam
menjalani tambahan perannya. Selain itu, keluarga terutama suami dapat turut
berperan aktif dalam proses persiapan kehamilan maupun persalinan. Dengan
demikian peran sebagai orang tua baru tidak hanya dirasakan oleh ibu namun juga
oleh seluruh keluarga.
tulisan ini dimuat di https://www.harianjateng.com/read/2017/04/12/mencegah-depresi-postpartum-dengan-dukungan-keluarga/
tulisan ini dimuat di https://www.harianjateng.com/read/2017/04/12/mencegah-depresi-postpartum-dengan-dukungan-keluarga/
0 komentar